Rabu, 01 April 2015

Gagal Ginjal Ternyata Mampu Sembuh

Sudah nyampe mas..!, ucapan mendalam khas orang Jawa Tengah, membuyarkan lamunanku, oh…iya…” jawabku agak kaget…” Kami nyampe sini aja mas…, soalnya di ruangan ini ada petugasnya sendiri…, ada 2 orang juga…! Paparnya.., ” masih dgn logat lokal dengan ramah. “Oh iya…makasih ya mbak…” jawabku berusaha sopan.

“Bruk.. ” Pinggiran tilam pasien beradu halus-halus dengan pinggiran portal ruangan hemodialisa itu, kulihat tubuh adikku di atasnya perasan sedikit terguncang, rasa kasihan kembali menyelundupi relung-relung hatiku dengan terdalam, tak menyangka sesuatu yang dulunya hanya kudengar menyerbu orang lain, sudahnya menimpa adikku tersayang, “Adik Anda Pantas Segera Cuci Darah…” Bak disambar meteor di padang padang pasir dan di hujani tombak berjuta-juta, semasih pertama kali mendengar diagnosa dokter kala ini. Ahh.., kutahan uap mataku yang sedari menetes, kucoba kuatkan diri menghadapi cobaan ini.

Seumur tampak aku tak tahu membayangkan akan mengakar ke ruangan cuci darah obat herbal gagal ginjal ini, mendengarnya saja aku telah ngeri, apalagi betul-betul memasukinya, tapi itulah takdir…, apalah daya, tak siapa orang2 boleh mengira, urutan nasib siapa secara tahu..!. Sambil langsung membantu mendorong, mataku mulai menjelajah, membersihkan setiap sudut ruangan ini. Ruangannya sempurna besar, dengan cet dinding warna putih tertentu rumah sakit dalam umumnya, ditengahnya siap meja panjang kekal setinggi dada orang dewasa yang dibuat setengah melingkar, belakangan kuketahui bahwa meja itu berfungsi serupa ruang kerja sedikit bagi petugas basuh darah di ruangan ini.

“Mas…tolong bantu keluarkan ranjang ini ya…, soalnya rencana kita tukar secara ranjang adek sampeyan…!, kata salah seorang perawat. “Oh beriya-iya mas…boleh.., ” jawabku setengah terkejut. Selesai menukar ranjang, beta lanjutkan penjelajahanku terhadap ruangan ini secara tadi sempat terpukau. “1,.. 2, …3, …. 4 dan seterusnya, mataku mulai menghitung deretan perkakas pengganti ginjal yang ada di ruangan ini, ada 6 di kiri, & ada 7 di kanan, masing-masing dilengkapi ranjang pasien dan satu buah tabung oksigen. Satu lalu kekagumanku adalah pencipta alat dialisys berikut, siapakah dia gerangan, sungguh suatu sepak-terjang yang sangat bermanfaat bagi banyak orang, semestinya pada setiap tabung dialyisis terpampang seri pembuatnya, sebagai mencicip terima kasih serta penghargaan bagi pembuatnya.

“Permisi ya raka bima…!, Saya naik selang ini ke dadanya ya mas…, kata perawat, adikku menjawab dengan anggukan yang lemah. Perawat lalu menyambung jangka dengan selang yang terdapat di pendahuluan kanan adikku oleh klep yang dapat dibuka tutup, antara di dada itulah tadi yang dipasang melalui proses operasi ringan. Setelah seluruh selang terpasang, penjaga lalu menjalankan mesin dialysis itu.



tekk.. dimulailah proses eliminasi darah buatan manusia, sekejap selang-selang bersih tadi berubah ragam menjadi merah uzur, memutar cairan sukma adikku, mengalir menjalani saringan khusus dengan bentuknya bulat panjang dengan diameter kutaksir kira-kira 8 cm & panjang 35 centimeter. “Nah alat itu yang berfungsi memilah sampah metabolisme & air yang beruntung mas…”, tanpa kuminta perawat memberi taklimat kepadaku sambil menunjuk saringan dialysis ini. “Nanti darah secara sudah bersih akan dikembalikan lagi di dalam tubuh…

“Sederhananya begini mas…” penjaga melanjutkan penjelasannya. Aku dapat menganalogikan ginjal sebagai sistem pengasingan limbah sekaligus teknologi daur ulang canggih yang bekerja non stop 24 beker sehari. Mendadak merasai lelah dan kantuk yang mulai menghimpit tadi seketika pupus demi mendengar penjelasan dari perawat terkait, “Setiap jam suplai darah beredar dengan perantara ginjal sekitar 12 kali dan menebas sekitar 200 liter darah, dengan lebih kurang 1 sampai dua liter limbah menjerumuskan tubuh sebagai urin…”


referensi:
http://obatherbalgagalginjal.net/
http://id.wikipedia.org/wiki/Ginjal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar