Sudah
nyampe mas..!, ucapan mendalam khas orang Jawa Tengah, membuyarkan
lamunanku, oh…iya…” jawabku agak kaget…” Kami nyampe sini aja mas…,
soalnya di ruangan ini ada petugasnya sendiri…, ada 2 orang juga…!
Paparnya.., ” masih dgn logat lokal dengan ramah. “Oh iya…makasih ya
mbak…” jawabku berusaha sopan.
“Bruk.. ” Pinggiran tilam pasien beradu halus-halus dengan
pinggiran portal ruangan hemodialisa itu, kulihat tubuh adikku di
atasnya perasan sedikit terguncang, rasa kasihan kembali menyelundupi
relung-relung hatiku dengan terdalam, tak menyangka sesuatu yang dulunya
hanya kudengar menyerbu orang lain, sudahnya menimpa adikku tersayang,
“Adik Anda Pantas Segera Cuci Darah…” Bak disambar meteor di padang
padang pasir dan di hujani tombak berjuta-juta, semasih pertama kali
mendengar diagnosa dokter kala ini. Ahh.., kutahan uap mataku yang
sedari menetes, kucoba kuatkan diri menghadapi cobaan ini.
Seumur tampak aku tak tahu membayangkan akan mengakar ke ruangan cuci darah obat herbal gagal ginjal
ini, mendengarnya saja aku telah ngeri, apalagi betul-betul
memasukinya, tapi itulah takdir…, apalah daya, tak siapa orang2 boleh
mengira, urutan nasib siapa secara tahu..!. Sambil langsung membantu
mendorong, mataku mulai menjelajah, membersihkan setiap sudut ruangan
ini. Ruangannya sempurna besar, dengan cet dinding warna putih tertentu
rumah sakit dalam umumnya, ditengahnya siap meja panjang kekal setinggi
dada orang dewasa yang dibuat setengah melingkar, belakangan kuketahui
bahwa meja itu berfungsi serupa ruang kerja sedikit bagi petugas basuh
darah di ruangan ini.
“Mas…tolong bantu keluarkan ranjang ini ya…, soalnya rencana
kita tukar secara ranjang adek sampeyan…!, kata salah seorang perawat.
“Oh beriya-iya mas…boleh.., ” jawabku setengah terkejut. Selesai menukar
ranjang, beta lanjutkan penjelajahanku terhadap ruangan ini secara tadi
sempat terpukau. “1,.. 2, …3, …. 4 dan seterusnya, mataku mulai
menghitung deretan perkakas pengganti ginjal yang ada di ruangan ini,
ada 6 di kiri, & ada 7 di kanan, masing-masing dilengkapi ranjang
pasien dan satu buah tabung oksigen. Satu lalu kekagumanku adalah
pencipta alat dialisys berikut, siapakah dia gerangan, sungguh suatu
sepak-terjang yang sangat bermanfaat bagi banyak orang, semestinya pada
setiap tabung dialyisis terpampang seri pembuatnya, sebagai mencicip
terima kasih serta penghargaan bagi pembuatnya.
“Permisi ya raka bima…!, Saya naik selang ini ke dadanya ya
mas…, kata perawat, adikku menjawab dengan anggukan yang lemah. Perawat
lalu menyambung jangka dengan selang yang terdapat di pendahuluan kanan
adikku oleh klep yang dapat dibuka tutup, antara di dada itulah tadi
yang dipasang melalui proses operasi ringan. Setelah seluruh selang
terpasang, penjaga lalu menjalankan mesin dialysis itu.
tekk..
dimulailah proses eliminasi darah buatan manusia, sekejap selang-selang
bersih tadi berubah ragam menjadi merah uzur, memutar cairan sukma
adikku, mengalir menjalani saringan khusus dengan bentuknya bulat
panjang dengan diameter kutaksir kira-kira 8 cm & panjang 35
centimeter. “Nah alat itu yang berfungsi memilah sampah metabolisme
& air yang beruntung mas…”, tanpa kuminta perawat memberi taklimat
kepadaku sambil menunjuk saringan dialysis ini. “Nanti darah secara
sudah bersih akan dikembalikan lagi di dalam tubuh…
“Sederhananya begini mas…” penjaga melanjutkan penjelasannya.
Aku dapat menganalogikan ginjal sebagai sistem pengasingan limbah
sekaligus teknologi daur ulang canggih yang bekerja non stop 24 beker
sehari. Mendadak merasai lelah dan kantuk yang mulai menghimpit tadi
seketika pupus demi mendengar penjelasan dari perawat terkait, “Setiap
jam suplai darah beredar dengan perantara ginjal sekitar 12 kali dan
menebas sekitar 200 liter darah, dengan lebih kurang 1 sampai dua liter
limbah menjerumuskan tubuh sebagai urin…”
referensi:
http://obatherbalgagalginjal.net/
http://id.wikipedia.org/wiki/Ginjal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar