Minggu, 22 Februari 2015

Banyak Batu Akik Ungkit Perekonomian Kreatif

Pasca naiknya harga BBM November lalu, mutu barang di picisan ikut melonjak. Warga yang hidup pas-pasan, hampir tidak bisa memenuhi kebutuhan hariannya. Daya belinya susut drastis, sementara pajak produksi pertanian gak mengalami kenaikan dengan signifikan.
+Batu+Mulia
Ditengah kesusahan ekonomi dan hingar-bingar pikuk politik di Jakarta, ternyata booming batu akik dapat menjadi “obat” & hiburan. Dari pada galau memikirkan ihwal terkini di Daerah khusus ibukota jakarta, warga lebih sukaria menenggelamkan diri dalam kemilau batu alam itu. Inilah mayoritas pendapat para penyuka batu akik secara berhasil dihimpun oleh medsos dan wawancara.
Senada http://majalahbatu.com dengan itu, Toto, Ketua koran Asosiasi Pedagang Batu Perhiasan kepada Kompasdotcom (2/2/2015) mengatakan: “Fenomena batu akik terkait memang luarbiasa sedianya. Saya juga nanap dalam jangka waktu setahun ini. Bahkan batu berharga (berlian, permata, intan) jadi kalah semburat. Dari remaja datang ibu-ibu sekarang sudah biasa mulai suka batu cincin. ”
Setingkat dengan fenomena tersebut, para perajin kerikil akik memanfaatkan kepanikan warga sebagai tersendat. Ekonomi kreatif seperti perajin batu akik tumbuh sangat cepat. Hampir disetiap sudut kota dan pedesaan Aceh Tengah ditemui perajin batu akik. Bahkan, Desa Baleatu yang sebelumnya cuma sebuah permukiman biasa, kini telah menyesar menjadi pusat kesungguhan dan penjualan batu akik.
Ekonomi manis berbasis kerajinan tersebut berhasil menjadi pengungkit ekonomi rakyat. Berangkal akik membuka lokasi kerja baru serta mereka berhasil terserang (penyakit) limpahan rupiah. Tokoh ekonomi kreatif secara ikut menikmati kelimpahan rezeki batu akik bukan hanya perajin (pengasah batu akik), termasuk perajin logam, penjual logam klasik, dan para pencari bakal batu akik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar