Jumat, 26 Mei 2017

Aturan Pernikahan Istiadat Tradisional Minang

Indonesia ialah sumber keaneragaman, diantaranya Perjodohan adat Nusantara memiliki Aturan Pernikahan kebiasaan yang benar beragam, saat ini saya tertarik untuk mencetak Prosesi Ijab kabul adat Minang.

Warna

Perarakan Pernikahan kebiasaan Minang meraup pola http://www.pelaminanminang.web.id/ yang unik dengan bagian tradisional yang kental, Perlaminan yang dihiasi khas Minang ala Ruang Jantan mengandung kain yang bersulamkan benang emas tepat berkilau & warna yang mendominasi diartikan sebagai hitam. Warna berkelas yang melambangkan corak khas atau cirri padang Datuk.

Cara duduk kedua mempelai

Perlaminan Tempat duduk kedua mempelai bukanlah lebih dari kursi. Yang memiliki makna yang mengkritik kesamaan kualifikasi diantara segala orang, menjadi kedua mempelai duduk tanpa bangku beserta bersimpuh & bersila.

Pernak - pernik Perlaminan

Didepan pelaminan disebelah kiri & kanan terdapat sepasang setajuak yang berjumlah sebelas, seluruh itu menggantikan asal sanak pengantin atas kalangan bangsawan. Kaki setajuak adalah ketan kuning & satu pun berisi serasa, kapur & pinang dibungkus saputangan bertabur benang indah. Juga ada sepasang jamba gadang yang di tutup saputangan bersulam emas. Satu diantara jamba raya tersebut bermutu ketan asfar, ketan warna putih, ketam warna hitam dan paniaram. Sedangkan yang lain berisi nasi lengkap secara lauk pauknya.

Prosesi persetujuan kedatangan pengantin pria

Untuk prosesi menceritakan, bahwa mempelai pria telah melakukan pertemuan pada hari jum'at sesudah sholat Jum'at di Mesjid. Seperti perjodohan secara Islam pada umumnya, anak daro saat tersebut belum ketemuan[cak] dengan marapulai. Setelah Pertemuan selesai dalam Mesjid, Marapulai diantar oleh orang tua dan keluarga menuju anak daro dirumahnya. Munculnya marapulai dirumah anak daro ini disambut dengan tandak gelombang, pepatah petitih & tari teater yang semata menandakan lalu marapulai diterima oleh titisan anak daro.

Selanjutnya menggunakan mencuci tangan yang dijalankan oleh embuk anak daro, ritual berikut menandakan kalau marapulai hadir dengan iklas lahir semangat oleh sanak anak daro. Bila terdapat perselisihan serta pertengkaran diantara kedua rombongan tersebut, oleh sebab itu selesai sampai di situ saja & kini kedua keluarga telah menyatu.



Mendirikan keluarga segar

Kemudian sang marapulai lari diatas kain putih yang langsung digulung karena tidak boleh diinjak oleh siapapun selain marapulai. Ritual itu memiliki makna mempelai mendirikan keluarga mutakhir yang tidak mau diganggu sama siapapun. Setelah itu kedua mempelai didudukan diatas pelaminan.

Upacara makan

Setelah itu sematan tersebut yang suguhi persembahan ketan berwarna warni yang berpengaruh dihadapan marapulai dan keturunan daro. Masing-masing memilih ketan tersebut. Ternyata sang marapulai memilih ketan hitam, yang memiliki pengertian perannya sejajar pelindung dankepala keluarga tetapi anak daro memilih ketan putih yang berarti lalu sebelumnya keturunan daro belum pernah mengikat. Tidak ada kegiatan saling mengekol, dalam etiket Minang mempelai masing-masing mengambil sendiri hidangan pilihannya.

Reuni

Para undangan yang tampil disuguhi rekreasi berupa tari piring serta dijamu dengan makanan utama Minangkabau. Dibagian samping kiri dan kanan pelaminan ketika gelar sepra (kain putih) tempat menyuguhi para undangan. Jamuan bercorak kue serta makanan tradisional Minangkabau menyerupai lamang, tapai, lapek krucut, kolak diisikan pada piring-piring kecil. Dan terdapat cirano yang buncit makanan, adalah persembahan kira datuk desa lain.

Terdapat lima daftar adat Minang yang sewajarnya dilaksanakan seusai akad nikah. Ialah memulang tanda, mengumumkan gelar pengantin pria, mengadu alis, mengeruk nasi kuning serta bermain coki( semacam produk catur representasi keluluhan gua tercipta kemesraan) Daerah minangkabau terletak disebelah barat daratan sumatera.

referensi:
http://www.pelaminanminang.web.id/
https://id.wikipedia.org/wiki/Pernikahan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar