Menoreh cerita bujang dalam suseptibel usia tujuh hingga 12 tahun,
gerangan gampang-gampang tumpas. Terutama lamun yang dijadikan POV-nya
merupakan si anak. Selain memerlukan pendalaman watak, bahasa yang
digunakan pula biar harus gampang dipahami. Bagi menyiasati sesuatu
tersebut, ada baiknya memperhatikan kira-kira hal lalu:
1. Terkadang membaca http://bibedanbike.com.
Bahkan yang siap di persendian paket pelajaran Bahasa Nusantara atau
tebaran anak, laksana Bobo, Keturunan Saleh, Kejora, dan lain-lain. Hl
ini berguna utk mempelajari tata bahasa yang umum dikasih kepada
meronce.
2. Berinteraksi dengan budak. Dengan kadang kala
berinteraksi, kalian akan bisa mengenali karakter anak. Jadi pendalaman
karakter bisa kian maksimal. Plus dunia budak, berbeda dengan dunia gede
ataupun remaja. Pendalaman sifat tidak sama sekali soal bahasa, tapi di
dalam menuliskan cara berpikir pula biar perlu diperhatikan. Jangan
hingga kita menurun karakter seorang anak SD tapi seperti berpikirnya
terlalu dewasa.
3. Menyiasati POV. Jika ke-2 hal dalam atas
telah dilakukan, tetapi masih ketegangan untuk menghidupkan karakter.
Kalian bisa mengendarai alternatif pada menggunakan POV 3, yang tak
terlalu menyengkelit penokohan dalam karakter utama. Bisa juga dengan
mempergunakan POV 1 dari bingkai orang tua. Untuk POV itu, kita seharga
perlu mendalami karakter sederajat orang tua. Tentunya lebih gampang,
bukan?
4. Pesan pada cerita. Bertentangan dengan menyarikan
cerpen dalam media, yang terkadang bisa menggunakan ending menggantung.
Jika cerita budak, kita diharuskan menyajikan pada resolusi yang jelas.
Kenapa harus? Karena anak-anak mau lebih mudah mencernanya. Selain itu,
amat tidak disarankan membuat skandal dengan warna percintaan.
Olehkarena itu hanya hendak meracuni roh. Seyogyanya, cerita mengandung
teras[ki] persahabatan, menimba ilmu, akhlak, ataupun tentang mengikuti
cita-cita.
5. Diselingi humor. Humor, kalau dalam penyajian
makanan berfungsi sebagai injeksi pelengkap / kerupuk. Yang membuat
vokal lebih enak atau syak hati. Dengan kuantitas yang pas dan humor
cerdas. Anak akan menyenangi tulisan kita. Sehingga terlepas dari
mencicip jenuh serta bosan. Untuk itu, pereka cerita anak sebaiknya
kadang kala membaca buku Nasruddin, Abu Nawas, alias buku kaul humor
senda-gurau lainnya.
referensi :
bibedanbike.com
https://id.wikipedia.org/wiki/Cerita_pendek
Tidak ada komentar:
Posting Komentar