Selasa, 30 Juni 2015

Tips Memberikan Nama pada Anak

Kata Om Shakespeare, apalah arti sebuah nama. Akur mungkin begitu pada jaman Om William hidup. Kalau masa ini? Nama menjadi sedemikian pentingnya. Apalagi ketika kita harus berhadapan dengan aneka bagai administrasi yang memerlukan nama. Belakangan, dengan kesibukan dan seluruh administrasi khas birokrasi di kantor segar, saya menjadi pikiran bahwa membuat sebutan nggak boleh sia-sia. Kadang saya timburu sama responden-responden skripsi saya yang nama-namanya sangat bersahaja, sesuai Paimo, Tukirin, muncul Keso. Dan kadang namanya cuma ini. Nah, berdasarkan kepandaian saya di instansi sebelumnya, plus pengetahuan bertemu dengan berbagai macam administrasi bin njelimet di urusan perkreditan dan perbankan, muncul ke-sotoy-an saya, dipastikan berikut saya beberkan beberapa tips di dalam memilihkan nama. Tips ini berguna guna yang akan menyampaikan nama pada anaknya, atau untuk Mbah Keso yang pengen ganti nama oleh karena itu agak kece.

Batasi Jumlah Karakter



Mbah Keso mungkin terselip peserta paling lulus kalau harus menggempur Ujian Nasional. Dia hanya harus menuduh empat bolongan dalam LJK. Bagaimana secara orang yang namanya Alvinando Supriyanto Widyosutoyo Kartodiningrat? Hampir mampu dipastikan, kalau si Alvin dan Mbah Keso ini sama-sama gobloknya, pasti Mbah Keso selesai duluan, karena Alvin giat mengisi namanya dengan panjang itu. Aku sendiri juga demikian, karena nama hamba terdiri dari 4 kata.

Soal sifat ini kemudian maka masalah besar begitu di kantor trendi, saya harus membuat rekening baru supaya bisa gajian, beserta nama pada lektur tabungan harus sama dengan nama di SK Pengangkatan hamba. Coba bayangkan lamun si Alvin tadinya adalah seorang sarjana HI, maka namanya menjadi Alvinando Supriyanyo Widyosutoyo Kartodiningrat, S. Hub. Int.

Monggo dihitung sendiri total karakternya cekartinamacom! Saya menerima masalah karena gelar saya yang S. Farm., Apt. itu nggak bisa kecetak gegara nama hamba kepanjangan. Jadi karakternya habis buat seri saja. Saran aku sih, batasi lalu kira-kira 25 karakter plus spasi. Dengan demikian kalau mentok-mentok bakal jadi segala tingkah sarjana, nggak bakal terlalu repot urusan administrasi ini.

Oya, soal karakter ini mungkin bisa menjadi arahan bahwa yang namanya kepanjangan, kuliahnya cari yang gelarnya pendek-pendek kayak ST, SE, atau SH aja deh. Buktikan lihat saja S. Farm., Apt. secara ngambil 14 kepribadian itu gajinya pun nggak terus oleh karena itu lebih banyak dibandingkan ST. yang hanya 3 digit. Malah dalam banyak kasus, si ST. itu bertambah tinggi gajinya. Soalnya ST. bisa merembes Oil and Gas, sementara si S. Farm., Apt. memalingkan mentok masuk Pharmaceutical Company. #inicurhat

Teliti waskita Dengan Inisial!

Hari gini, inisial jadi penting. Dulu zaman SD saya taksiran inisial itu semata-mata buat tersangka pemerkosaan saja, soalnya bahwa korban sudah menjemput rupa seorang ‘Bunga’ atau ‘Mawar’ ataupun ‘Kembang Sepatu’. Ternyata begitu masuk usaha, inisial menjadi teramat penting. Nah, dalam konsensus umum, inisial di industri mempergunakan 2 atau 3 digit. Waktu hamba PKL di sebuah PMA, yang digunakan adalah 2 digit. Waktu saya pikulan di swasta lokal, dipakai 3 poin. Nah, kenapa pantas awas?

Ya, kalian tahulah bahwa ada-ada saja kosa tanda di Indonesia tersebut yang berdenotasi dan konotasi kurang terjamin. Jangan sampai, identitas yang kita pilihkan justru membuat si penyandang nama pantas menanggung makna pertuturan yang nggak akur itu. Simpel, member tahu bahwa kata lain dari feces adalah TAI. Konsensus inisial 3 huruf biasanya diambil dari 3 huruf depan, pada waktu namanya 3 pertuturan atau lebih.

referensi:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar