Setelah saya mengaji kisah seperti yang mereka tunjukkan, aku jelaskan bahwa “itu hanya cerita fantasi atau fantasi pengarangnya. Maka semua secara ditulis itu tidak terjadi dalam sukma yang sebenarnya.
Anak-anak serempak bilang, “Memang, ternyata yang sepanjang ini mengetuk villa di tempat ras yang sedang berpelesir itu bukan roh jahat, tapi tetangga villa yang tidak mau terdapat villa baru dalam bangun di menempel lahannya. Tapi kok kalimat terakhir pada tulisan itu dikatakan kalau Tukang Kebon hanya mengetuk portal. Nah, yang mangap ‘Jangan ganggu kami’ itu siapa? Berarti memang hantunya siap beneran, khan? ”
Saya berusaha memaparkan bahwa semuanya rekaan. Mereka terus protes, “Tapi kalimat terakhirnya bilang, yang “bohongan” itu kisah huru-hara Tukang kebon. Tetapi hantunya ada beneran, ya yang sejumlah ‘Jangan ganggu aku’ itu. ”
Itulah sekilas contoh peristiwa tentang perlunya tuntunan terhadap materi ceramah anak yang tidak merumitkan proses pemikiran serta perkembangan anak. Anak-anak yang sama tadi sebelumnya sudah membaca lektur “Midnight Stories”, dengan diklaim sebagai union kisah nyata kepandaian horor.

Mereka anak-anak kutu buku Misteri. Mereka sudah beberapa bengawan membaca buku-buku penjelajahan remaja, meskipun usia mereka masih dalam kategori anak-anak. Mereka sendiri suka menyalut, sebagai kegiatan tambatan hati di waktu tenang. Maka saat aku tunjukkan buku union kisah misteri “Midnight Sories”, mereka menguji membaca sedikit, namun kemudian tidak mampu berhenti membaca. Meskipun menjadi takut, meronce terus ingin meradukan buku itu. Tersebut berkomentar, ada kecek yang sangat bikin takut dan “menjijikkan”, ada yang sedang-sedang saja tingkat kengeriannya, dan ada satu cerita yang otentik menakutkan, tapi walhasil bikin “adem”.
“Jadi hantu-hantu itu benar-benar sungguh mengerikan, sungguh? Itu benar tersedia khan? Sergah anak-anak.
Agar menghindari imbalan paranoid ataupun fobia, saya katakan bahwa semua kisah di dalam buku itu hanya karangan. Mereka aku yakinkan bahwa ceritanya tidak benar-benar berlangsung dalam hidup sehari-hari.
“Nah, tapi di judulnya kan dicantumkan keterangan Based on True Stories, ” bantah mereka.
“Itu agar bukunya berasa lebih seru serta membuat orang redut dan ingin membacanya, ” jawab beta mencoba diplomatis.
Kebetulan salah satu tulisan yang mereka maksudkan ini saya baca pun. Anak-anak tidak gelisah membacanya karena, khususnya untuk tulisan dengan “seru tapi sudahnya menenteramkan” itu. Anak-anak menunjukkan bagian penutupan kisahnya, yang pikir mereka jadi tidak takut lagi menduga buku misteri ini, bunyinya: “Namun percayalah, Tuhan Maha Menyelesaikan bagi siapa secara mengandalkan kehidupan ini hanya kepada KuasaNya. ”
Anak-anak tetaplah anak-anak. Otak tersebut mempunyai cara tertentu dalam menganalisis substansi yang mereka jumpai, yang mungkin tidak pernah terlintas di pikiran orang tua. Meronce sering mengejutkan member dengan pertanyaan akan halnya sesuatu hal luar biasa yang bahkan robek dari perhatian aku, sebagai orang tua atau pun orang dewasa.
referensi :
kepoan.com/misteri
http://id.wikipedia.org/wiki/Misteri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar