Selasa, 24 Februari 2015

Apa pun Kabar Cerita Rakyat di Indonesia?

Mengimpikan satu ide dan menuangkannya ke interior satu cerita utama, terutama untuk kepentingan sebuah industri perfilman, memang gampang-gampang selit-belit. Setidaknya, inilah secara penulis ketahui dari beberapa orang pelaku perfilman yang pernah penulis temui, dan bertanya banyak hal.
Atas sebuah ide, menjadi tulisan, kemudian disalin lagi menjadi suatu skenario (Scenario Script) dan memilih-milih para pemeran yang sanggup menghidupkan tiap kepribadian yang telah ditentukan. Gak gampang memang. Belum lagi hunting teritori, dan eksekusi filmnya – syuting.

Yup, memang tidak gampang!
Tapi, apakah karena itu, terus menyembunyikan keaslian ide kaul itu sendiri?
Balasan yang lumrah kalian dengar; Tentu saja tidak! (yaa, mirip-mirip qoute sebuah iklan komersil obat cacing)
& ternyata, bertolakbelakang.
Meski banyak film-film dongeng cerita rakyat yang sudah dihasilkan sejumlah PH (Production House) cantik itu Film penghalang lebar, Film televisi – FTV, terlintas Sinetron, yang membebek ide cerita – bahkan alurnya – dari film-film luar negeri?
Ini, terkadang penulis jumpai. Sedari film-film Mandarin, India yang terkenal dengan Bollywood-nya, hingga Hollywood. Cukup banyak ditemukan di antara film-film yang dihasilkan mereka ditiru oleh insan perfilman dalam negeri.
Sebut sekadar film “Letter To God” (Rilis, 9 April 2010) dengan diangkat dari skandal nyata seorang keturunan pengidap kanker (Tyler Doherty) yang mengakibatkan begitu banyak buah pikiran. Beberapa bulan sehabis penulis menonton film drama inspiratif tersebut, ternyata di negeri ada yang menyelesaikan film yang sama, walaupun demikian judulnya dalam Norma Indonesia, jika di-Inggris-kan, artinya sama pula. Alur ceritanya nyaris sama, pelakon utamanya saja yang bertentangan. Jika yang pada luar seorang bani, dalam negeri diganti budak perempuan. Penulis pulih, pertama kali mengetahui itu saat acara Talk-Show si Tukul.
/, “Fly Me To Polaris” (Rilis, 21 Agustus 1999) Hongkong, yang dibintangi sambil Richie Ren. Menimbulkan seorang bisu & buta yang beroperasi di sebuah Ruamh Sakit, dijuluki “Kepala Bawang” oleh beberap suster. Akhirnya menyisih, korban tabrak mundur. Oleh Pejabat Sampar, ia diberi kesempatan dalam satu minggu balik ke globe, dalam keadaan teratur (bisa bicara & melihat). Dan pada awal 2000-an, penulis menjumpai film sekeadaan di tanah air (FTV) yang dibintangi sambil Atalarik Syah, & berlokasi di Bali. Dan yang wahid ini, nyaris kesemuanya menjiplak “Fly Me To Polaris”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar