Selasa, 28 April 2020

Menyimak Budaya Balon Ponorogo Tiap Lebaran


Tahukah Anda bahwa masyarakat Ponorogo mempunyai budaya unik untuk menerbangkan sebuah balon besar pada tiap-tiap hari Raya Lebaran tiba. Budaya balon Ponorogo yang berjalan dari mulai abad ke 15 tepatnya pada tahun 1496 hal yang demikian masih berjalan dengan bagus hingga saat ini. https://www.youtube.com/channel/UCu9-E_-OcBSNSyppSkp1DlA sendiri menceritakan kultur ini sebagai budaya Umbulan atau menerbangkan bulan yang kemudian dalam perkembangannya disebut balon.

Sekiranya sebelumnya kebiasaan ini yakni budaya yang berasal dari adat masyarakat Ponorogo yang beragama Budha, melainkan kemudian oleh bupati pertama Ponorogo yang bernama Bathara Katong diubah menjadi tradisi yang bernafaskan islami dengan menerbangkannya tepat pada dikala Hari Raya Idul Fitri setiap tahunnya. Tradisi yang satu ini memiliki makna tersendiri. Makna yang kemudian dipahami oleh masyarakat Ponorogo memiliki arti mendalam sehingga tradisi masih melekat hingga saat ini.

Adapun makna dari kebiasaan ini merupakan dimana pada menjelang Hari Raya Idul Fitri balon akan diterbangkan sebagai pertanda dari akhir bulan Ramadhan. Bahwa pada dikala itu mereka melepaskan diri mereka yang penuh dosa untuk kembali menjadi suci dan fitri pada dikala lebaran nanti. Dilambangkan dengan menerbangkan balon yang diberi api sebagai daya untuk menerbangkan, asap hitam membuktikan dosa yang dimiliki oleh manusia.

Ponorogo sendiri lebih diketahui dengan drama tari Reog-nya. Dan hal itu sangat berkaitan erat dengan kawasan Bantarangin yang kini tinggal legenda. Tradisi Grebeg Sura biasanya ditutup dengan mengadakan acara festival yang berisi aneka pagelaran yang sarat dengan adat dan seni khas Ponorogo. Biasanya festival ini diselenggarakan di desa Sumoroto kecamatan Kauman.

Kesenian Reog ini sudah ada sejak pada tahun 1920, yakni sebuah seni drama tari yang mempunyai tema satire atau sindiran. Drama tari ini dibuat untuk mengkritik kerajaan Majapahit yang pada waktu itu dipimpin oleh Raja Bre Kertabumi yang dianggap sudah melaksanakan penyimpangan pada tatanan sopan santun Kerajaan. Dimana pada dikala itu Raja seakan dikontrol penuh oleh permaisuri sehingga banyak kebijakan dan aturan Raja yang dianggap tidak benar.

Tokoh utama dari drama tari Reog sendiri adalah seseorang dengan kepala singa yang diterangkan dengan bulu merak, kemudian ada beberapa penari yang mengenakan topeng serta penari kuda lumping. Drama tari ini lazimnya diadakan di ruang yang terbuka, dan memiliki tujuan untuk menghibur rakyat melainkan juga mempunyai elemen magis di dalamnya. Karena reog dikenal masyarakat Ponorogo terutamanya sebagai salah satu adat istiadat daerah yang ada di Indonesia yang masih sungguh-sungguh kental dengan ilmu kebatinan dan bau mistik yang amat kuat.

Seni reog lazimnya ditampilkan dalam sebagian acara khusus seperti acara pernikahan, khitanan sampai hari besar Nasional. Padahal sebenarnya ada satu versi absah dari cerita reog, di Ponorogo sendiri berkembang versi cerita sebanyak 5 kisah yang kemudian diterangkan dalam drama tari reog Ponorogo.

Sumber :
https://www.youtube.com/channel/UCu9-E_-OcBSNSyppSkp1DlA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar