Jumat, 12 April 2019

5 Trik Sejahtera bagi Traveler Pra Naik Kapal Laut

Tragedi kecelakaan transportasi perairan merayapi dua armada kapal belakangan ini. Dua pekan kemudian, KM Ramos Rosma Marisi tenggelam pada Danau Toba, Sumatera Utara. Lantas belum lama terjadi sedang kecelakaan yang menimpa KM Lestari Tumbuh di danau Selayar.

Tumbukan kapal laut tersebut tidak pelak menyebabkan kecemasan hisab sebagian traveler yang hendak menumpang kulit. Namun tak perlu riuh berlebihan. Pokok, ada kira-kira hal yang dapat diperhatikan untuk menghindarkan diri atas kecelakaan hukuman human error.

Pengamat transportasi maritim atas Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Raja Oloan Saut Gurning, saat dihubungi Tempo saat Rabu, 4 Juli, mengatakan setidaknya karet pelancong mesti memperhatikan lima tip dibawah ini.

1. Sensitif terhadap pemastian kapal

Pelancong disarankan melihat-lihat lebih lepas kondisi kulit sebelum berlayar. "Pertama, jika kondisinya sesak dengan barang, penumpang, & kendaraan, maka tanyakan terhadap petugas apakah kapal terlalu aman, " tutur Saut. Bila kapal terasa oleng saat masih menepi pada dermaga, sepatutnya penumpang memilih tidak naik kapal itu. "Pastikan miring bukan olehkarena itu gelombang, tetapi karena sesuatu, " katanya.



2. Memastikan ketersediaan pelampung

Bila kondisi kapal dipastikan aman dan stabil, traveler sebaiknya mengingat letak baju pelampung. "Tanyakan kepada awak kapal tempat baju pelampung, " ujar Saut. Ada baiknya traveler kian dulu memastikan apakah jumlahnya itu sewajar dengan nominal penumpang / tidak. Banyak pelampung mesti sesuai beserta standar Konvensi Internasional untuk Keselamatan Penumpang di Laut atau SOLAS.

Warga membantu evakuasi tumpuan yang luput saat KM Lestari Maju tenggelam pada perairan Selayar, Sulawesi Daksina, Selasa, 3 Juli 2018. Kapal berangkat dari Pelabuhan Bira, Bulukumba, menuju Kabupaten Kepulauan Selayar.

3. Mengasese ketersediaan biduk

Selain pelampung, ketersediaan sampan perlu diperkirakan keberadaannya. Sampan idealnya dipasang di 2 sisi lambung. Sekoci harus mampu menegah 100 persen penumpang. Kapal yang menerima standar pun harus memiliki life-raft atau kapal kuntet untuk awak kapal secara kapasitas 25-30 persen daripada jumlah penumpang.

4. Memastikan adanya informasi keselamatan

Dari segi Saut, kulit atau skuadron yang bagus umumnya memberikan informasi ketenteraman dan saluran jalur hijrah bila berlangsung kecelakaan. "Penumpang harus terlalu tahu daerah emergency atau wilayah himpun untuk mengikuti life-boat atau kapal sekoci sambil menggunakan baju pelampung, " ucapnya.

5. Cek perusahaan pemilik kapal

Pelancong lebih elok mengecek perusahaan pemilik bahtera melalui Dunia maya sebelum lari. "Mungkin berikut sedikit sukar, tapi tak kalah jadwal Pelni primer, " tuturnya. Biasanya, pertuturan dia, industri pelayaran / pemilik kapal yang indah cenderung transparan memberikan informasi terkait dengan berbagai hal yang dapat diakses publik hal kapal ini. Hindari kongsi yang tertutup memberikan informasi, misalnya menuburkan kondisi bahtera, yang mungkin dalam kondisi tidak laik berlayar

referensi:
https://jadwalkapalpelnino1.blogspot.com/

https://id.wikipedia.org/wiki/Kapal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar