Hadi dapat dikatakan telah sukses menjalani wirausaha las besi
dan stainless steel. Bengkel las yang didirikan pada rumahnya setahun
dengan lalu telah memerintah banyak pesanan. Terutama dia kewalahan
melayani order las yang membludak. Saat ini terselip 10 pesanan
berlain-lainan jenis seperti tralis, pagar, pintu serta lainnya yang
telah menanti dikerjakan. Satu order bisa dikerjakan selama masa
seminggu sampai dengan 3 minggu, dengan sistem bervariasi mulai dari
jutaan hingga puluhan juta rupiah. Dia sangka mengkaryakan 2 saudaranya
untuk membantu usahanya dan menularkan ilmunya kepada mereka.
bengkel las jakarta milik Hadi berada di rumahnya yang terletak dalam Desa Wonoketingal RT 5 RW 6 Kecamatan Karanganyar Kota Demak. Bengkelnya melayani pembuatan acessoris atau perlengkapan rumah dibanding besi dan stainless steel seperti pagar tralis, pintu gerbang, kanopi, tralis tingkap, dan lain-lain.
Hadi membuktikan bahwa guna sukses bisa pada raih di tanah kelahirannya sendiri. Menyelidiki sesuap nasi & segenggam berlian, gak perlu dia lakukan dengan merantau ke ibu kota ataupun luar negeri diantaranya kebanyakan orang Demak lainya. Bagaimanakah petualangan Hadi hingga siap sukses memiliki bengkel las sendiri?
Mula karir bisnis las Hadi diawali secara menjadi karyawan dalam bengkel las di Kota Kudus sepanjang 11 tahun. Hadi tidak bertahan di satu bengkel las, tetapi dia mengitar dari bengkel tunggal ke bengkel yang lain. Selama jadi karyawan, Hadi belajar tidak sedikit tetanga dunia las, mulai dari keterampilan mengelas, pengadaan bahan utama, membangun jaringan, menjadikan harga pokok pembuatan, hingga cara meninggalkan penawaran.
Meski gak memiliki darah pebisnis, jiwa bisnis Hadi tersulut karena bersepakat dengan teman-teman kerjanya yang telah memiliki bengkel sendiri. Teman-teman dia selalu memotivasi dia. Temannya pernah mangap padanya "Saya kenek(pembantu) kamu, yang memahirkan dari kamu, tutup punya enam bengkel sendiri, kamu pasti bisa mempunyai bengkel sendiri".
Memang bukan mudah untuk mengetuai bisnis. Namun berbekal keahlian teknik serta jaringan yang sepanjang ini dia bangun, dia bertekat menjalankan bengkel milik sendiri. Dia berani menjauhi kenyamaan menjadi petugas dengan memilih bersimpul memikirkan urusan bisnis mulai dari modal, cari orderan, mengestimasi nilai proyek dan keuntungannya, dll.
Modal spesialisasi teknis ternyata bukan cukup, dia memerlukan belajar ilmu usaha. Dia mengaku selain dari dunia las, dia juga berlajar banyak ilmu usaha dari bidang bisnis kain, properti, bakal bangunan, dll. Dia mencontohkan bagaimana dia belajar cara menetapkan harga penawaran daripada pengusaha bata pada Jepara. Hadi mengutamakan untuk sukses orang2 harus mau bersekolah dan sukses bukan dicapai dengan tips instan.
Untuk mengarahkan bengkel dia mencita-citakan uang Rp 10 juta yang diguna untuk membeli peranti seperti las, gerindra, amplas, mesin potong dll. Uang itu dia peroleh dibanding hasil menyisihkan tip yang dia terima selama jadi produsen. Dia memiliki perenungan jangka panjang beserta melakukan saving (menabung) untuk investasi perihal depan. Dia bukan ikut-ikutan gaya hidup pemuda sebayanya yang cenderung konsumtif dan hedonis. Kendaraan yang dia miliki cukup motor bekas keluaran tahun 90an. Keuntungan proyek/orderan selalu dia investasikan kembali dalam paham bahan baku / dia tabung. Gaya hidup yang memikirkan jangka panjang ini dinilai turut menyumbang kemenangan usahanya.
bengkel las jakarta milik Hadi berada di rumahnya yang terletak dalam Desa Wonoketingal RT 5 RW 6 Kecamatan Karanganyar Kota Demak. Bengkelnya melayani pembuatan acessoris atau perlengkapan rumah dibanding besi dan stainless steel seperti pagar tralis, pintu gerbang, kanopi, tralis tingkap, dan lain-lain.
Hadi membuktikan bahwa guna sukses bisa pada raih di tanah kelahirannya sendiri. Menyelidiki sesuap nasi & segenggam berlian, gak perlu dia lakukan dengan merantau ke ibu kota ataupun luar negeri diantaranya kebanyakan orang Demak lainya. Bagaimanakah petualangan Hadi hingga siap sukses memiliki bengkel las sendiri?
Mula karir bisnis las Hadi diawali secara menjadi karyawan dalam bengkel las di Kota Kudus sepanjang 11 tahun. Hadi tidak bertahan di satu bengkel las, tetapi dia mengitar dari bengkel tunggal ke bengkel yang lain. Selama jadi karyawan, Hadi belajar tidak sedikit tetanga dunia las, mulai dari keterampilan mengelas, pengadaan bahan utama, membangun jaringan, menjadikan harga pokok pembuatan, hingga cara meninggalkan penawaran.
Meski gak memiliki darah pebisnis, jiwa bisnis Hadi tersulut karena bersepakat dengan teman-teman kerjanya yang telah memiliki bengkel sendiri. Teman-teman dia selalu memotivasi dia. Temannya pernah mangap padanya "Saya kenek(pembantu) kamu, yang memahirkan dari kamu, tutup punya enam bengkel sendiri, kamu pasti bisa mempunyai bengkel sendiri".
Memang bukan mudah untuk mengetuai bisnis. Namun berbekal keahlian teknik serta jaringan yang sepanjang ini dia bangun, dia bertekat menjalankan bengkel milik sendiri. Dia berani menjauhi kenyamaan menjadi petugas dengan memilih bersimpul memikirkan urusan bisnis mulai dari modal, cari orderan, mengestimasi nilai proyek dan keuntungannya, dll.
Modal spesialisasi teknis ternyata bukan cukup, dia memerlukan belajar ilmu usaha. Dia mengaku selain dari dunia las, dia juga berlajar banyak ilmu usaha dari bidang bisnis kain, properti, bakal bangunan, dll. Dia mencontohkan bagaimana dia belajar cara menetapkan harga penawaran daripada pengusaha bata pada Jepara. Hadi mengutamakan untuk sukses orang2 harus mau bersekolah dan sukses bukan dicapai dengan tips instan.
Untuk mengarahkan bengkel dia mencita-citakan uang Rp 10 juta yang diguna untuk membeli peranti seperti las, gerindra, amplas, mesin potong dll. Uang itu dia peroleh dibanding hasil menyisihkan tip yang dia terima selama jadi produsen. Dia memiliki perenungan jangka panjang beserta melakukan saving (menabung) untuk investasi perihal depan. Dia bukan ikut-ikutan gaya hidup pemuda sebayanya yang cenderung konsumtif dan hedonis. Kendaraan yang dia miliki cukup motor bekas keluaran tahun 90an. Keuntungan proyek/orderan selalu dia investasikan kembali dalam paham bahan baku / dia tabung. Gaya hidup yang memikirkan jangka panjang ini dinilai turut menyumbang kemenangan usahanya.
referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar