Buat seorang muslim membaham bukanlah hanya sekadar menikmati
kelezatan oleh kenikmatan makanan dengan dirasakan di muncung lalu masuk
di kerongkongan dan finis di saluran pembuangan, melainkan lebih
daripada itu. Bagi seorang muslim makan ialah sebuah proses ibadah yang
di dalamnya terkandung adab & aturan yang pantas dijaga dan ditaati.
Dalam Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat 88, disebutkan:
Jadi bagi seorang muslim memilih makanan yang halal dan baik adalah merupakan perintah Yang mahakuasa SWT yang pantas ditaati. Halal atas aspek hukum syar'i, dan baik (thoyib) dilihat dari gizi satwa kesehatan. Sayangnya, tidak sedikit umat muslim secara kebingungan dan sedikit hati-hati dalam memilih makanannya. Yang pantas diingat, di era industrialisasi dan teknologi pangan yang rupa-rupa modern ini pemalsuan dan penggantian bagian bahan makanan sangat mudah dilakukan. Jumlah yang berpikir kalau makanan yang ada di negeri-negeri yang mayoritas penduduknya muslim semuanya pasti halal. Padahal jika bettor mau berpikir, lebih-lebih banyak makanan pada negeri-negeri yang mayoritas muslim juga diimpor dari negeri-negeri non muslim.
Terkadang, abdi melihat ada kebiasaan-kebiasaan yang unik di masyarakat muslim Halal Trip. Ketika itu bepergian dan tinggal di negeri yang mayoritas penduduknya non muslim, maka tersebut akan sangat halus dan selektif di memilih makanan. Di pikiran mereka telah tertanam bahwa di negeri yang mayoritas non muslim sekitar besar makanan diduga haram karena mengandung zat-zat yang memang diharamkan ataupun cara penyembelihannya yang tidak mengenal Asma Allah. Sayangnya, kebiasaan baik untuk selalu teliti & selektif terhadap makanan tersebut hilang ketika mereka bepergian serta tinggal di zona yang mayoritas orang islam. Di pikiran itu sudah tertanam kalau di negeri nun mayoritas muslim jelas makanan yang tersedia dijamin halal.
Tulisan ini bermaksud buat mengubah paradigma tukang peras dan lucu mereka. Seharusnya, dimana juga kita tinggal bagus di negeri secara mayoritas penduduknya muslim atau mayoritas non-muslim “sikap hati-hati serta teliti” dalam memilih makanan harus menjadi tradisi yang terus dipelihara dan ditaati. Tanamkan dalam pikiran member sejak awal, jika tidak semua target yang tersedia dipasaran itu halal. & tanamkan juga dalam pikiran kita, jika tidak semua santapan yang tersedia dipasaran itu haram. Olehkarena itu sudah tertanam interior pikiran kita tonton adanya 2 pilihan halal dan haram, maka kita kudu memilih makanan itu dengan sangat tajam dan hati-hati, oleh karena itu tidak terjadi lengah pilih yang berdampak buruk pada diri kita.
Tips berbeda yang perlu diperhatikan adalah agar terus-menerus melihat label selongsong. Biasakan membaca dgn teliti dan waspada label kemasan pada kandungan bahannya (ingredients). Jangan buru-buru mengajak makanan dari rak-rak etalase barang di keranjang belanjaan kamu. Periksa dan was-was ada label halalnya atau tidak. Bila dikemasan sudah terbilang label halal, dipastikan sudah cukup menjadi jaminan bahwa makanan tersebut sudah diperiksa kehalalannya oleh kubu berwenang.
Jadi bagi seorang muslim memilih makanan yang halal dan baik adalah merupakan perintah Yang mahakuasa SWT yang pantas ditaati. Halal atas aspek hukum syar'i, dan baik (thoyib) dilihat dari gizi satwa kesehatan. Sayangnya, tidak sedikit umat muslim secara kebingungan dan sedikit hati-hati dalam memilih makanannya. Yang pantas diingat, di era industrialisasi dan teknologi pangan yang rupa-rupa modern ini pemalsuan dan penggantian bagian bahan makanan sangat mudah dilakukan. Jumlah yang berpikir kalau makanan yang ada di negeri-negeri yang mayoritas penduduknya muslim semuanya pasti halal. Padahal jika bettor mau berpikir, lebih-lebih banyak makanan pada negeri-negeri yang mayoritas muslim juga diimpor dari negeri-negeri non muslim.
Terkadang, abdi melihat ada kebiasaan-kebiasaan yang unik di masyarakat muslim Halal Trip. Ketika itu bepergian dan tinggal di negeri yang mayoritas penduduknya non muslim, maka tersebut akan sangat halus dan selektif di memilih makanan. Di pikiran mereka telah tertanam bahwa di negeri yang mayoritas non muslim sekitar besar makanan diduga haram karena mengandung zat-zat yang memang diharamkan ataupun cara penyembelihannya yang tidak mengenal Asma Allah. Sayangnya, kebiasaan baik untuk selalu teliti & selektif terhadap makanan tersebut hilang ketika mereka bepergian serta tinggal di zona yang mayoritas orang islam. Di pikiran itu sudah tertanam kalau di negeri nun mayoritas muslim jelas makanan yang tersedia dijamin halal.
Tulisan ini bermaksud buat mengubah paradigma tukang peras dan lucu mereka. Seharusnya, dimana juga kita tinggal bagus di negeri secara mayoritas penduduknya muslim atau mayoritas non-muslim “sikap hati-hati serta teliti” dalam memilih makanan harus menjadi tradisi yang terus dipelihara dan ditaati. Tanamkan dalam pikiran member sejak awal, jika tidak semua target yang tersedia dipasaran itu halal. & tanamkan juga dalam pikiran kita, jika tidak semua santapan yang tersedia dipasaran itu haram. Olehkarena itu sudah tertanam interior pikiran kita tonton adanya 2 pilihan halal dan haram, maka kita kudu memilih makanan itu dengan sangat tajam dan hati-hati, oleh karena itu tidak terjadi lengah pilih yang berdampak buruk pada diri kita.
Tips berbeda yang perlu diperhatikan adalah agar terus-menerus melihat label selongsong. Biasakan membaca dgn teliti dan waspada label kemasan pada kandungan bahannya (ingredients). Jangan buru-buru mengajak makanan dari rak-rak etalase barang di keranjang belanjaan kamu. Periksa dan was-was ada label halalnya atau tidak. Bila dikemasan sudah terbilang label halal, dipastikan sudah cukup menjadi jaminan bahwa makanan tersebut sudah diperiksa kehalalannya oleh kubu berwenang.
referensi:
http://www.triponhalal.com/
http://www.triponhalal.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar