Jumat, 03 Juli 2015

Memaksimalkan Shuttle Bus Bandara Soekarno Hatta

Bandar udara Soekarno-Hatta saat ini terdiri dari tiga terminal, Terminal 1, Terminal 2, dan Stasiun 3. Di Terminal 1 terdapat terminal 1A, 1B, satwa 1C. Terminal dua terdiri dari terminal 2D, 2E, satwa 2F. Semua terminal terhubung dengan shuttle bus berupa bus kecil berwarna asfar dengan frekuensi 10-30 menit sekali. Sekitar besar penumpang mengarifi shuttle bus sederajat satu-satunya sarana dalam berpindah dari tunggal terminal ke terminal lain. Barangkali semuanya karyawan maskapai & yang bekerja yang bandara mengetahui adanya angkot yang mampu digunakan sebagai perangkat antar terminal. Mobil berwarna silver menggunakan tulisan Airport Transportation ini memiliki arah Rawa Bokor-Bandara-M1.

Tentu saja waktu yang diperlukan menjadi lama & shuttle bus sesak dengan penumpang yang bukan tidak akan turun yang terminal antara. Pengarah bandara saat ini telah menerapkan 4 jarak shuttle bus ialah terminal 1-2 pp, terminal 2-3 pp, terminal 1-3 pp, dan rute asal (terminal 1-2-3-1) tentu saja untuk mengurangi saat tempuh dan mengambil kepadatan. Sayangnya beserta jumlah armada yg tetap, waktu turut memang lebih lekas, tapi waktu tunggu menjadi lebih periode yang bagi penumpang hasilnya sama pula. Belum lagi kemacetan sering terjadi lobby terminal dan yang jalan antar terminal. Meskipun beberapa sendi-sendi jalan sudah diberi tanda khusus shuttle, tapi area tertentu ini tidak steril dari kendaraan lain. Sopir shuttle terkadang mengeluhkan bus unik yang berhenti yang area khusus shuttle bus. Dengan "tidak ada"nya alternatif unik seharusnya pengelola bandara meningkatkan kehandalan shuttle bus ini. Kaum langkah bisa dikerjakan untuk memaksimalkan shuttle bus ini.

1. Ukuran shuttle bus BandaraSoekarnoHatta.com diperbesar. Seharusnya luasan shuttle bus minimal sama dengan bus yang digunakan persekutuan dagang di dalam apron guna mengangkut penumpang atas boarding lounge di pesawat jika parkir berada jauh atas boarding lounge (berada di remote). Beberapa besar penumpang yang berpindah terminal membawa barang atau peranti cukup besar serta sangat repot sekali lalu merepotkan penumpang beda pada saat naik dan turun shuttle bus yang kecil. Bus shuttle di Changi antara terminal dua dan Budget terminal (sekarang akan menjelma berprofesi, naik, sebagai, selaku, terminal 4) senggang lebih besar satwa nyaman.

2. Sewajarnya ada jalur tertentu yang steril mulai kendaraan lain. Teritori berhenti shuttle bus harus benar-benar pribadi untuk shuttle bus, tidak terpakai oleh bus lain, perantara pribadi, bahkan VIP sekalipun.



3. Jalur yang dilewati tak hanya antar stasiun tetapi juga potongan bandara yang lain, laksana klinik (sebenarnya aparat kesehatan cukup setia, tapi tidak ada penumpang yang akan memforsir karena akses nun susah), kantor tempat, kantor AP II (untuk mengurus pas harian), Karantina (jika membawa tumbuhan nama lain binatang), Imigrasi, POLSEK Bandara, Gudang (untuk mengambil kargo ataupun bagasi yang berukuran besar), tempat parkir, dan Masjid. Barangkali hanya sebagian imut penumpang yang siap di Terminal 1A yang bisa satwa tahu akses ke Masjid (dengan jalan setapak kaki) untuk mewujudkan sholat Jumat. Perancang bandara seakan gak perduli dengan kehendak ini, mungkin karena kantor mereka lepas Masjid.

4. Agar semua bagian dilewati shuttle maka sewajarnya Bandara Soekarno-Hatta meniru Suvarnabhumi di Bangkok. Ada dua salur shuttle bus, satu khusus antar stasiun dan jalur lainnya yang melewati seluruh tempat termasuk stasiun. Karyawan bandara memakai shuttle jalur kedua. Jika bandara Soekarno-Hatta menerapkan cara yang serupa, maka menjelang sholat Jumat, penumpang sanggup naik shuttle bus jalur kedua buat ke Masjid.

referensi:
http://bandarasoekarnohatta.com
https://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_udara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar