Bandar udara Soekarno-Hatta saat ini terdiri dari tiga terminal,
Terminal 1, Terminal 2, dan Stasiun 3. Di Terminal 1 terdapat terminal
1A, 1B, satwa 1C. Terminal dua terdiri dari terminal 2D, 2E, satwa 2F.
Semua terminal terhubung dengan shuttle bus berupa bus kecil berwarna
asfar dengan frekuensi 10-30 menit sekali. Sekitar besar penumpang
mengarifi shuttle bus sederajat satu-satunya sarana dalam berpindah dari
tunggal terminal ke terminal lain. Barangkali semuanya karyawan
maskapai & yang bekerja yang bandara mengetahui adanya angkot yang
mampu digunakan sebagai perangkat antar terminal. Mobil berwarna silver
menggunakan tulisan Airport Transportation ini memiliki arah Rawa
Bokor-Bandara-M1.
Tentu saja waktu yang diperlukan menjadi lama & shuttle bus
sesak dengan penumpang yang bukan tidak akan turun yang terminal antara.
Pengarah bandara saat ini telah menerapkan 4 jarak shuttle bus ialah
terminal 1-2 pp, terminal 2-3 pp, terminal 1-3 pp, dan rute asal
(terminal 1-2-3-1) tentu saja untuk mengurangi saat tempuh dan mengambil
kepadatan. Sayangnya beserta jumlah armada yg tetap, waktu turut memang
lebih lekas, tapi waktu tunggu menjadi lebih periode yang bagi
penumpang hasilnya sama pula. Belum lagi kemacetan sering terjadi lobby
terminal dan yang jalan antar terminal. Meskipun beberapa sendi-sendi
jalan sudah diberi tanda khusus shuttle, tapi area tertentu ini tidak
steril dari kendaraan lain. Sopir shuttle terkadang mengeluhkan bus unik
yang berhenti yang area khusus shuttle bus. Dengan "tidak ada"nya
alternatif unik seharusnya pengelola bandara meningkatkan kehandalan
shuttle bus ini. Kaum langkah bisa dikerjakan untuk memaksimalkan
shuttle bus ini.
1. Ukuran shuttle bus BandaraSoekarnoHatta.com
diperbesar. Seharusnya luasan shuttle bus minimal sama dengan bus yang
digunakan persekutuan dagang di dalam apron guna mengangkut penumpang
atas boarding lounge di pesawat jika parkir berada jauh atas boarding
lounge (berada di remote). Beberapa besar penumpang yang berpindah
terminal membawa barang atau peranti cukup besar serta sangat repot
sekali lalu merepotkan penumpang beda pada saat naik dan turun shuttle
bus yang kecil. Bus shuttle di Changi antara terminal dua dan Budget
terminal (sekarang akan menjelma berprofesi, naik, sebagai, selaku,
terminal 4) senggang lebih besar satwa nyaman.
2. Sewajarnya ada jalur tertentu yang steril mulai kendaraan
lain. Teritori berhenti shuttle bus harus benar-benar pribadi untuk
shuttle bus, tidak terpakai oleh bus lain, perantara pribadi, bahkan VIP
sekalipun.
3.
Jalur yang dilewati tak hanya antar stasiun tetapi juga potongan
bandara yang lain, laksana klinik (sebenarnya aparat kesehatan cukup
setia, tapi tidak ada penumpang yang akan memforsir karena akses nun
susah), kantor tempat, kantor AP II (untuk mengurus pas harian),
Karantina (jika membawa tumbuhan nama lain binatang), Imigrasi, POLSEK
Bandara, Gudang (untuk mengambil kargo ataupun bagasi yang berukuran
besar), tempat parkir, dan Masjid. Barangkali hanya sebagian imut
penumpang yang siap di Terminal 1A yang bisa satwa tahu akses ke Masjid
(dengan jalan setapak kaki) untuk mewujudkan sholat Jumat. Perancang
bandara seakan gak perduli dengan kehendak ini, mungkin karena kantor
mereka lepas Masjid.
4. Agar semua bagian dilewati shuttle maka sewajarnya Bandara
Soekarno-Hatta meniru Suvarnabhumi di Bangkok. Ada dua salur shuttle
bus, satu khusus antar stasiun dan jalur lainnya yang melewati seluruh
tempat termasuk stasiun. Karyawan bandara memakai shuttle jalur kedua.
Jika bandara Soekarno-Hatta menerapkan cara yang serupa, maka menjelang
sholat Jumat, penumpang sanggup naik shuttle bus jalur kedua buat ke
Masjid.
referensi:
http://bandarasoekarnohatta.com
https://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_udara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar