Humor, tak dipungkiri bahwa keberadaan kelakar adalah salah satu secara
banyak dicari buat melepas kepenatan. Dgn menyimak humor, dengan
langsung akan bisa membuat kita terpukau dan paling tak akan berefek
pada sehelai senyum yang terkembang dari kita. Bisa dikatakan bila
taktik itu terjadi, oleh karena itu artinya humor secara ditampilkan itu
memang lucu. Pertanyaannya, kelakar yang lucu itu yang bagaimana sich?
Baiklah, kami mulai P. S. K akan coba terbatas melakukan investigasi
gabal tentang humor yang lucu.
Pro & kontra
Dua minggu yang lalu pada kompasiana kita itu sangat marak hal
pertentangan siapa secara pantas menjadi spesialis Stand Up Comedy yang
diselenggarakan sebab Kompas TV. Jumlah artikel di kolom Humor yang
menyoroti hal ini, terlebih tak tanggung-tanggung, Butet Kertaradjasa
yang notabene adalah salah satu orang tengah di Stand Up Comedy Kompas
TV pun urun rembug disini menjawab perdebatan yang berkembang. Tahkik
sangat disayangkan, seharusnya humor difungsikan guna menghibur tetapi
malah menjadi pertentangan unik, sudah mirip kontroversi sepakbola
Indonesia sekadar. Mengapa begini, mengapa begitu? Dari pendapat P. S. K
didapat bahwa hal ini terjadi karena humor ramai dituliskan sebagai
OPINI, maka itu esensi dari kelucuan tersebut telah beralih fungsi
menjadi “pembahasan humor”. Bila tulisan humor berujung pada kata “lucu,
standart, dan tidak lucu”, maka bila “pembahasan humor” sudah
menyimpang dari hakikatnya sebagai berbagai segi & perbedaan sudut
ranggul. Mungkin apa yang dilakukan oleh kompasianer Mad Mizan sudah
pada tempatnya, ketika menuliskan mengenai Stand Up Comedy anti Opera
Van Java, dia lebih memisah-misahkan memasukkannya ke terusan televisi
daripada kelakar. Menurut saya pemilihan kanal yang tepat, karena memang
dengan disoroti tersebut ialah pembahasan soal kocak, bukan humornya
yang dikedepankan.
Humor dengan lucu itu dengan gimana?
Pengen menelaah status fb keren, mudah sekali caranya. Carilah humor
dengan berbentuk REPORTASE / FIKSI. Loh koq bisa gitu mas Bup?
Langsung pula kita ambil suri pakdhe Hazmi Srondol, tulisan-tulisan yang
acap dipublishnya berupa kejadian yang terjadi / dialaminya dalam sukma
nyata, dibalut beserta bahasa humor secara santai dan pada penutup
selalu pula disertakan “senjata” kelucuan sebagai pamungkas artikel.
Yang seperti ini lah reportase humor dengan akan berakhir pada
kesimpulan pembaca untuk menilai “lucu, standart, tidak lucu”. Tiruan
lain dari humor reportase ini ialah catatan harian Raditya Dika, selalu
mengulas kejadian sehari-hari beserta menambahkan bumbu lamunan dalam
bahasa yang dituangkan.
Lalu bagaimana dengan yang ilusi? Humor yang nyata fiksi adalah suatu
buah karya aliran dan imajinasi sang penulis. Bisa saja tema yang
diambil itu tidak dialaminya, tapi karena visi yang bermain disini maka
segala yang dituangkan adalah impak karya penggalian ide. Untuk yang
karangan seperti ini bisa disimak dalam “Humor Wali: Qomar dan Joni”
yang biasa dipublish oleh P. S. K di kompasiana ini. Sedangkan kaca
fiksi yang lain, aku bisa simak makalah Arif “Poconggg”. Bukan mungkin
banget kendi kalau Arif berikut dalam menggali pertimbangan untuk
karyanya ini dari pengalaman sehari-hari yang ketemu secara pocong.
Praktis, kabar burung yang sangat getol dalam penggalian visi untuk
karyanya.
Walhasil, bila pengen menelaah humor yang menggemaskan itu carilah
kelakar berupa reportase / fiksi. Bila hendak menulis humor secara lucu,
tulislah kelucuan berupa reportase atau fiksi. Banyak secara memberi
pengetahun cara menulis humor disini, bila memang dia adalah pakar
senda-gurau maka layak kita simak apa secara dia opinikan.
“Ente daritadi beropini mulu Bup, mana kelucuan ente? Sama saja nich, artikel ente kali ini nggak terselip lucunya sama sekali”
referensi :
statusfblucukeren.blogspot.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Keren
Tidak ada komentar:
Posting Komentar